Referensi Harga Produk Kusen dan Pintu
| ||||||
KUSEN | Rp | 6.500.000,- | / M3 | |||
PINTU DOBEL TRIPLEK | Rp | 290.000,- | / UNIT | |||
PINTU DOBEL TEAKWOOD | Rp | 350.000,- | / UNIT | |||
PINTU PANEL SOLID STANDARD | Rp | 400.000,- | / M2 | |||
PINTU PANEL SOLID MINIMALIS | Rp | 600.000,- | / M2 | |||
DAUN JENDELA | Rp | 300.000,- | / M2 | |||
KAMPER OVEN | ||||||
KUSEN | Rp | 7.500.000,- | / M3 | |||
PINTU DOBEL TRIPLEK | Rp | 325.000,- | / UNIT | |||
PINTU DOBEL TEAKWOOD | Rp | 375.000,- | / UNIT | |||
PINTU PANEL SOLID STANDARD | Rp | 500.000,- | / M2 | |||
PINTU PANEL SOLID MINIMALIS | Rp | 700.000,- | / M2 | |||
DAUN JENDELA | Rp | 325.000,- | / M2 | |||
KAMPER SAMARINDA OVEN | ||||||
KUSEN | Rp | 10.500.000,- | / M3 | |||
PINTU DOBEL TRIPLEK | Rp | 350.000,- | / UNIT | |||
PINTU DOBEL TEAKWOOD | Rp | 450.000,- | / UNIT | |||
PINTU PANEL SOLID STANDARD | Rp | 600.000,- | / M2 | |||
PINTU PANEL SOLID MINIMALIS | Rp | 800.000,- | / M2 | |||
DAUN JENDELA | Rp | 400.000,- | / M2 | |||
MERBAU OVEN | ||||||
KUSEN | Rp | 13.000.000,- | / M3 | |||
PINTU PANEL SOLID STANDARD | Rp | 800.000,- | / M2 | |||
PINTU PANEL SOLID MINIMALIS | Rp | 1.000.000,- | / M2 | |||
DAUN JENDELA | Rp | 450.000,- | / M |
Rabu, 22 Februari 2012
Referensi Harga Kusen dan Pintu
Label:
Ba,
Harga Bahan Bangunan,
Harga Kayu,
Harga Kusen,
Harga Pintu
Rabu, 14 Desember 2011
Price List San Ei Type Y ( Sink Tap) per Mei 2011
SAN EI Y 20 J Rp. 185.000
SAN EI Y 20 Rp. 155.000
SAN EI Y 20 C Rp. 155.000
SAN EI Y 20 MR Rp. 160.000
SAN EI Y 20 P Rp. 160.000
SAN EI Y 20 PR Rp. 163.000
SAN EI Y 20 RN RP. 205.000
SAN EI Y 20 RX Rp. DISCONTINUE
SAN EI Y 20 SN Rp. 185.000
SAN EI Y 20 SX Rp. 165.000
SAN EI Y 20 X Rp. 165.000
SAN EI Y 20 J Rp. 170.000
SAN EI Y 20 JC Rp. 170.000
SAN EI Y 20 JP Rp. 175.000
SAN EI Y 20 JRN Rp. 220.000
SAN EI Y 20 JRN-L Rp. 250.000
SAN EI Y 20 JX Rp. 180.000
SAN EI Y 20 C - 3/4" Rp. 200.000
SAN EI Y 30 J Rp. 205.000
SAN EI Y 30 JC Rp. 205.000
SAN EI Y 30 JP Rp. 210.000
SAN EI Y 30 JMR Rp. 210.000
SAN EI Y 30 JPR Rp. 213.000
SAN EI Y 30 JRN Rp. 255.000
SAN EI Y 30 JSX Rp. 215.000
SAN EI Y 30 JX Rp. 215.000
SAN EI Y 50 J Rp. 217.000
SAN EI Y 50 JC Rp. 217.000
SAN EI Y 50 JP Rp. 222.000
SAN EI Y 50 JMR Rp. 222.000
SAN EI Y 50 JPR Rp. 225.000
SAN EI Y 50 JRN Rp. 225.000
SAN EI Y 50 JRN-L RP. 297.000
SAN EI Y 50 JRX DISCONTINUE
SAN EI Y 50 JSN RP. 247.000
SAN EI Y 50 JSX RP. 227.000
SAN EI Y 500 R RP. 490.000
SAN EI Y 51 RP. 185.000
SAN EI Y 51 C RP. 185.000
SAN EI Y 51 P RP. 190.000
SAN EI Y 51 RN RP. 235.000
SAN EI Y 70 J RP. 240.000
SAN EI Y 922 RP. 1.750.000
SAN EI Y 923 RP. 1.950.000
SAN EI Y 944 RP. 2.800.000
SAN EI Y 20 Rp. 155.000
SAN EI Y 20 C Rp. 155.000
SAN EI Y 20 MR Rp. 160.000
SAN EI Y 20 P Rp. 160.000
SAN EI Y 20 PR Rp. 163.000
SAN EI Y 20 RN RP. 205.000
SAN EI Y 20 RX Rp. DISCONTINUE
SAN EI Y 20 SN Rp. 185.000
SAN EI Y 20 SX Rp. 165.000
SAN EI Y 20 X Rp. 165.000
SAN EI Y 20 J Rp. 170.000
SAN EI Y 20 JC Rp. 170.000
SAN EI Y 20 JP Rp. 175.000
SAN EI Y 20 JRN Rp. 220.000
SAN EI Y 20 JRN-L Rp. 250.000
SAN EI Y 20 JX Rp. 180.000
SAN EI Y 20 C - 3/4" Rp. 200.000
SAN EI Y 30 J Rp. 205.000
SAN EI Y 30 JC Rp. 205.000
SAN EI Y 30 JP Rp. 210.000
SAN EI Y 30 JMR Rp. 210.000
SAN EI Y 30 JPR Rp. 213.000
SAN EI Y 30 JRN Rp. 255.000
SAN EI Y 30 JSX Rp. 215.000
SAN EI Y 30 JX Rp. 215.000
SAN EI Y 50 J Rp. 217.000
SAN EI Y 50 JC Rp. 217.000
SAN EI Y 50 JP Rp. 222.000
SAN EI Y 50 JMR Rp. 222.000
SAN EI Y 50 JPR Rp. 225.000
SAN EI Y 50 JRN Rp. 225.000
SAN EI Y 50 JRN-L RP. 297.000
SAN EI Y 50 JRX DISCONTINUE
SAN EI Y 50 JSN RP. 247.000
SAN EI Y 50 JSX RP. 227.000
SAN EI Y 500 R RP. 490.000
SAN EI Y 51 RP. 185.000
SAN EI Y 51 C RP. 185.000
SAN EI Y 51 P RP. 190.000
SAN EI Y 51 RN RP. 235.000
SAN EI Y 70 J RP. 240.000
SAN EI Y 922 RP. 1.750.000
SAN EI Y 923 RP. 1.950.000
SAN EI Y 944 RP. 2.800.000
Label:
Bathup,
Closet,
Dapur,
Harga Bahan Bangunan,
Harga Kran,
Harga Sanitary,
Harga TOTO,
Kamar Mandi,
sanitary,
TOTO,
Wastafel
Kamis, 16 Juni 2011
Seputar Semen dan Produk Semen
Membuat Dinding Yang Baik
Kuat tekan penutup dinding (seperti plester dan acian) harus lebih rendah atau paling tidak sama kekuatannya dan lebih elastis dibandingkan dengan material pembentuk dinding (seperti bata, dll) untuk mencegah terjadinya retak.
Problem Problem Pada Aplikasi Semen
Segregasi
Segregasi adalah pemisahan agregat kasar dari adukannya akibat campuran yang kurang lecak.
Penyebabnya :
1. Slump yang terlalu rendah
2. Gradasi agregat yang kurang baik
3. BJ agregat kasar >> BJ agregat halus
4. Agregat halus terlalu sedikit
5. Campuran beton terlalu kering atau terlalu basah
6. Tinggi jatuh pengecoran terlalu tinggi
7. Penggunaan alat penggetar terlalu lama
Penanggulangannya :
1. Hindari perjalanan campuran beton yang terlalu tinggi dan atau terlalu jauh
2. Membuat rancangan campuran yang memadai, dengan atau tanpa bahan admixture
3. Merubah/mempertinggi slump dan kelecakan beton dengan cara menambah bahan
Bleeding
Bleeding adalah “Mixing Water” yang naik ke permukaan beton sesaat setelah beton selesai di cor dan partikel agregat kasar turun ke bawah.
Penyebabnya :
1. Campuran terlalu basah (W/C ratio terlalu tinggi) atau adanya penambahan air pada saat pengecoran
2. Rancangan campuran beton yang kurang baik sehingga tidak cukup material halus untuk menahan “laju” air ke permukaan beton.
Penanggulangannya :
Manambah kandungan “finer” antara lain dengan :
1. Mengkombinasi pasir kasar dengan pasir yang lebih halus atau dengan Abu batu. Tujuan dari penambahan ini agar campuran beton lebih “kohesif”
2. Menaikkan jumlah semen (sampai batas tertentu). Dari penambahan ini maka admixture yang dibutuhkan untuk menjaga workabilitas akan bertambah.
1. Perubahan volume beton ke arah yang lebih kecil akibat mengeringnya beton pada waktu mengeras.
2. Menyebabkan terjadinya retak pada beton. Retak dapat berbentuk retak rambut atau retak antara 1-2 mm dan biasanya retak ini dikategorikan retak non-struktural.
3. Shrinkage biasanya berlangsung hingga 3 hari.
Penyebabnya :
1. Faktor air semen (FAC) terlalu tinggi.
2. Pemakaian semen terlalu banyak.
3. Modulus kehalusan agregat tidak memenuhi syarat.
4. Intensitas pengadukan yang kurang baik.
5. Kelembaban udara.
Penanggulangannya :
Penggunaan curing compound untuk memperkecil resiko shrinkage cracking.
Type curing compound yang dapat digunakan :
1. Sodium silicate based material.
~ Meresap ke dalam beton.
~ Mempercepat proses hidrasi semen yang ada di permukaan struktur sehingga retak akibat susut beton dapat di hindari.
~ Agar lebih sempurna, penggunaan/penyemprotan harus diulang antara 1-3 hari.
2. Wax based material.
~ Membentuk lapisan membran di permukaan beton.
~ Lapisan membrane tersebut akan mengatur kecepatan evaporasi.
~ Untuk aplikasi beam, coloum, menggunakan clear curing compound.
~ Untuk aplikasi jalan beton semen sebaiknya menggunakan white pigmented
Bug Hole
Bug holes adalah rongga (lubang) kecil yang timbul pada permukaan beton yang sudah mengering.
Penyebabnya :
Bug holes terjadi akibat udara yang “terjebak” didalam beton. Udara didalam beton timbul akibat proses mekanisme saat pengadukan beton. Rata-rata beton normal memiliki kandungan udara sebesar 2%.
Penanggulangannya :
1. Penggunaan mold oil yang tidak bersifat “sticky” seperti water based mold oil dapat membantu mengurangi bug holes.
2. Dalam penggunaan water based mold oil harus sesegera mungkin (maks. 6 jam) dilanjutkan dengan pengecoran.
3. Memodfikasi mix design agar beton lebih kohesif diantaranya dengan menaikkan kadar pasir sehingga dapat me minimize bug holes.
4. Mengingat posisi flens yang miring dan cenderung menghambat udara untuk keluar sehingga bug holes tidak seluruhnya hilang, dapat diperbaiki dengan finishing untuk memperbaiki tampilan girder.
Efflorescent ( Pengkristalan)
Penyebab:
Akibat garam-garam yang bersifat alkali terbawa kepermukaan plesteran, beton atau batako. Bila kristal-kristal tersebut muncul dibawah lapisan cat dan disertai kelembaban tembok akan menyebabkan lapisan cat rusak.
Pencegahan:
1. Pengecatan dilakukan setelah tembok atau plesteran atau beton telah kering sempurna dimana kadar alkali dan kadar air dari permukaan tersebut telah memenuhi syarat yang ditentukan.
2. Permukaan yang mengandung kristal dari garam-garaman harus dibersihkan terlebih dahulu dan dibiarkan sampai tidak keluar lagi.
Perbaikan:
1. Bila pengkristalan belum merusak lapisan cat, bersihkan dengan kain basah dan keringkan.
2. Amplas permukaan cat agar lebih porous (pori-pori terbuka) sehingga air dan garamgaraman mudah keluar. Setelah pengkristalan tidak terjadi lagi lakukan pengecatan ulang.
3. Bila pengkristalan telah merusakkan lapisan cat maka harus dilakukan pengerokan sampai dasar, bersihkan permukaan sampai pengkristalan tidak terjadi lagi dan lakukan pengecatan ulang.
Penggunaan plamir yang belum kering sempurna dan kemudian diberi lapisan cat, maka sisa-sisa air dari plamir tersebut terjebak diantara dua lapisan plamir dan cat sehingga menyebabkan timbulnya bercak seperti basah.
Pencegahan :
1. Permukaan yang baru dicuci dengan air atau kena air hujan harus dibiarkan kering sempurna.
2. Interval antar lapisan diusahakan cukup lama untuk memberi kesempatan pada lapisan sebelumnya kering sebelum diberi lapisan berikutnya. Setiap lapisan cat diusahakan setipis mungkin agar pengeringan lebih sempurna.
3. Hindarkan pengecatan waktu cuaca buruk (hujan, mendung atau lembab) atau pada permukaan yang langsung terkena sinar matahari.
Perbaikan:
1. Amplas permukaan lapisan cat agar lebih porous sehingga air dapat dengan mudah keluar.
2. Bila jamur telah tumbuh pada bagian-bagian yang basah tersebut, cuci dengan kaporit dan kemudian lap dengan kain basah untuk menghilangkan sisa-sisa kaporit.
3. Biarkan mengering sempurna sebelum dilakukan pengecatan ulang, bila dirasa perlu beri lapisan Wall Sealer yang sesuai.
Blistering
Penyebab:
1. Cat bermutu tinggi mempunyai lapisan cat yang rapat dan plastis, sehingga terdapat air atau cairan lain yang tertahan dibawahnya dapat mengakibatkan menggelembungnya lapisan cat tersebut.
2. Pengecatan pada permukaan yang basah akan mengakibatkan berkurangnya daya lekat lapisan cat, sehingga kemungkinan terjadinya gelembung-gelembung akan lebih besar. Solvent (pengencer) dapat tertahan dibawah lapisan cat bila pengecatan dilakukan sekaligus tebal dan langsung terkena sinar martahari.
3. Lapisan cat paling atas akan mengering lebih cepat, sedangkan lapisan bawah masih mengandung banyak solvent yang akan menguap. Uap solvent (pengencer) tersebut akan terjebak dibawah lapisan yang telah kering dan mendesak lapisan tersebut sehingga terjadi gelembung.
Pencegahan :
1. Permukaan yang baru dicuci dengan air atau kena air hujan harus dibiarkan kering sempurna.
2. Interval antar lapisan diusahakan cukup lama untuk memberi kesempatan pada lapisan sebelumnya kering sebelum diberi lapisan berikutnya. Setiap lapisan cat diusahakan setipis mungkin agar pengeringan lebih sempurna.
3. Hindarkan pengecatan waktu cuaca buruk (hujan, mendung atau lembab) atau pada permukaan yang langsung terkena sinar matahari.
Perbaikan :
1. Jika terlalu banyak gelembung yang terbentuk, maka lapisan cat harus dikerok seluruhnya.
2. Bersihkan permukaan, kemudian berilah lapisan cat dasar bilamana diperlukan sebelum dilapisi cat akhir.
3. Bila gelembung yang terjadi sedikit, maka perbaikan hanya pada bagian yang menggelembung saja.
Retak Pada Dinding
Kondisi retak pada dinding ada dua macam yakni retak struktur dan retak rambut :
1. Retak struktur :
2. Retak rambut
Retak ini disebabkan oleh :
1. Bangunan tersebut menerima beban terlalu berat.
2. Batas toleransi berubahnya balok struktur adalah maksimum L/360 bentang yang banyak terjadi pada struktur.
3. Retak akibat balok struktur yang melengkung ditandai oleh retak horizontal sepanjang pasangan bata diantara bentang balok.
4. Pergerakan dinding dapat juga terjadi oleh akar pohon yang mengangkat pondasi bangunan tersebut atau terjadi penurunan pada tanah yang bersebelahan dengan bangunan tersebut.
Retak Plester /retak buaya
Retak ini disebabkan antara lain oleh :
1. Pasir dengan kadar lumpur dan organik yang tinggi.
2. Terlalu banyak/sedikit semen
3. Terlalu banyak/sedikit air
4. Persiapan substrate yang buruk
5. Dinding terlalu kering
6. Aplikasi pada cuaca panas yang sangat terik dan tiupan angin kencang.
Retak Pada Sambungan
Retak ini disebabkan oleh :
Plesteran menutupi dua bidang yang berbeda, seperti misalnya pasangan bata dan permukaan beton.
Pencegahan :
1. Diantara kedua permukaan yang berbeda tersebut harus dibuat dilatasi.
2. Pada tempat yang dibuat dilatasi tersebut diisikan besi strip, fiber glass atau rubber sealent untuk memperkuat plester.
3. Daya rekat spesi pasangan bata pada sudut-sudut pertemuan dinding harus kuat karena pada tempat-tempat seperti ini rawan terjadi retak.
Retak Pada Konduit
Retak ini disebabkan oleh :
Perbedaan ketebalan plesteran akan menyebabkan penyusutan dan pengeringan yang berbeda dan akibatnya akan terjadi retak pada plesteran yang paling tipis terutama pada sudut.
Pencegahan :
Plesteran dibuat dengan ketebalan yang sama pada semua bagian.
Kuat tekan penutup dinding (seperti plester dan acian) harus lebih rendah atau paling tidak sama kekuatannya dan lebih elastis dibandingkan dengan material pembentuk dinding (seperti bata, dll) untuk mencegah terjadinya retak.
Problem Problem Pada Aplikasi Semen
Segregasi
Segregasi adalah pemisahan agregat kasar dari adukannya akibat campuran yang kurang lecak.
Penyebabnya :
1. Slump yang terlalu rendah
2. Gradasi agregat yang kurang baik
3. BJ agregat kasar >> BJ agregat halus
4. Agregat halus terlalu sedikit
5. Campuran beton terlalu kering atau terlalu basah
6. Tinggi jatuh pengecoran terlalu tinggi
7. Penggunaan alat penggetar terlalu lama
Penanggulangannya :
1. Hindari perjalanan campuran beton yang terlalu tinggi dan atau terlalu jauh
2. Membuat rancangan campuran yang memadai, dengan atau tanpa bahan admixture
3. Merubah/mempertinggi slump dan kelecakan beton dengan cara menambah bahan
Bleeding
Bleeding adalah “Mixing Water” yang naik ke permukaan beton sesaat setelah beton selesai di cor dan partikel agregat kasar turun ke bawah.
Penyebabnya :
1. Campuran terlalu basah (W/C ratio terlalu tinggi) atau adanya penambahan air pada saat pengecoran
2. Rancangan campuran beton yang kurang baik sehingga tidak cukup material halus untuk menahan “laju” air ke permukaan beton.
Penanggulangannya :
Manambah kandungan “finer” antara lain dengan :
1. Mengkombinasi pasir kasar dengan pasir yang lebih halus atau dengan Abu batu. Tujuan dari penambahan ini agar campuran beton lebih “kohesif”
2. Menaikkan jumlah semen (sampai batas tertentu). Dari penambahan ini maka admixture yang dibutuhkan untuk menjaga workabilitas akan bertambah.
Shrinkage Crack ( Retak susut)
Shrinkage (susut) adalah :1. Perubahan volume beton ke arah yang lebih kecil akibat mengeringnya beton pada waktu mengeras.
2. Menyebabkan terjadinya retak pada beton. Retak dapat berbentuk retak rambut atau retak antara 1-2 mm dan biasanya retak ini dikategorikan retak non-struktural.
3. Shrinkage biasanya berlangsung hingga 3 hari.
Penyebabnya :
1. Faktor air semen (FAC) terlalu tinggi.
2. Pemakaian semen terlalu banyak.
3. Modulus kehalusan agregat tidak memenuhi syarat.
4. Intensitas pengadukan yang kurang baik.
5. Kelembaban udara.
Penanggulangannya :
Penggunaan curing compound untuk memperkecil resiko shrinkage cracking.
Type curing compound yang dapat digunakan :
1. Sodium silicate based material.
~ Meresap ke dalam beton.
~ Mempercepat proses hidrasi semen yang ada di permukaan struktur sehingga retak akibat susut beton dapat di hindari.
~ Agar lebih sempurna, penggunaan/penyemprotan harus diulang antara 1-3 hari.
2. Wax based material.
~ Membentuk lapisan membran di permukaan beton.
~ Lapisan membrane tersebut akan mengatur kecepatan evaporasi.
~ Untuk aplikasi beam, coloum, menggunakan clear curing compound.
~ Untuk aplikasi jalan beton semen sebaiknya menggunakan white pigmented
Bug Hole
Bug holes adalah rongga (lubang) kecil yang timbul pada permukaan beton yang sudah mengering.
Penyebabnya :
Bug holes terjadi akibat udara yang “terjebak” didalam beton. Udara didalam beton timbul akibat proses mekanisme saat pengadukan beton. Rata-rata beton normal memiliki kandungan udara sebesar 2%.
Penanggulangannya :
1. Penggunaan mold oil yang tidak bersifat “sticky” seperti water based mold oil dapat membantu mengurangi bug holes.
2. Dalam penggunaan water based mold oil harus sesegera mungkin (maks. 6 jam) dilanjutkan dengan pengecoran.
3. Memodfikasi mix design agar beton lebih kohesif diantaranya dengan menaikkan kadar pasir sehingga dapat me minimize bug holes.
4. Mengingat posisi flens yang miring dan cenderung menghambat udara untuk keluar sehingga bug holes tidak seluruhnya hilang, dapat diperbaiki dengan finishing untuk memperbaiki tampilan girder.
Efflorescent ( Pengkristalan)
Penyebab:
Akibat garam-garam yang bersifat alkali terbawa kepermukaan plesteran, beton atau batako. Bila kristal-kristal tersebut muncul dibawah lapisan cat dan disertai kelembaban tembok akan menyebabkan lapisan cat rusak.
Pencegahan:
1. Pengecatan dilakukan setelah tembok atau plesteran atau beton telah kering sempurna dimana kadar alkali dan kadar air dari permukaan tersebut telah memenuhi syarat yang ditentukan.
2. Permukaan yang mengandung kristal dari garam-garaman harus dibersihkan terlebih dahulu dan dibiarkan sampai tidak keluar lagi.
Perbaikan:
1. Bila pengkristalan belum merusak lapisan cat, bersihkan dengan kain basah dan keringkan.
2. Amplas permukaan cat agar lebih porous (pori-pori terbuka) sehingga air dan garamgaraman mudah keluar. Setelah pengkristalan tidak terjadi lagi lakukan pengecatan ulang.
3. Bila pengkristalan telah merusakkan lapisan cat maka harus dilakukan pengerokan sampai dasar, bersihkan permukaan sampai pengkristalan tidak terjadi lagi dan lakukan pengecatan ulang.
Water Spot
Penyebab:Penggunaan plamir yang belum kering sempurna dan kemudian diberi lapisan cat, maka sisa-sisa air dari plamir tersebut terjebak diantara dua lapisan plamir dan cat sehingga menyebabkan timbulnya bercak seperti basah.
Pencegahan :
1. Permukaan yang baru dicuci dengan air atau kena air hujan harus dibiarkan kering sempurna.
2. Interval antar lapisan diusahakan cukup lama untuk memberi kesempatan pada lapisan sebelumnya kering sebelum diberi lapisan berikutnya. Setiap lapisan cat diusahakan setipis mungkin agar pengeringan lebih sempurna.
3. Hindarkan pengecatan waktu cuaca buruk (hujan, mendung atau lembab) atau pada permukaan yang langsung terkena sinar matahari.
Perbaikan:
1. Amplas permukaan lapisan cat agar lebih porous sehingga air dapat dengan mudah keluar.
2. Bila jamur telah tumbuh pada bagian-bagian yang basah tersebut, cuci dengan kaporit dan kemudian lap dengan kain basah untuk menghilangkan sisa-sisa kaporit.
3. Biarkan mengering sempurna sebelum dilakukan pengecatan ulang, bila dirasa perlu beri lapisan Wall Sealer yang sesuai.
Blistering
Penyebab:
1. Cat bermutu tinggi mempunyai lapisan cat yang rapat dan plastis, sehingga terdapat air atau cairan lain yang tertahan dibawahnya dapat mengakibatkan menggelembungnya lapisan cat tersebut.
2. Pengecatan pada permukaan yang basah akan mengakibatkan berkurangnya daya lekat lapisan cat, sehingga kemungkinan terjadinya gelembung-gelembung akan lebih besar. Solvent (pengencer) dapat tertahan dibawah lapisan cat bila pengecatan dilakukan sekaligus tebal dan langsung terkena sinar martahari.
3. Lapisan cat paling atas akan mengering lebih cepat, sedangkan lapisan bawah masih mengandung banyak solvent yang akan menguap. Uap solvent (pengencer) tersebut akan terjebak dibawah lapisan yang telah kering dan mendesak lapisan tersebut sehingga terjadi gelembung.
Pencegahan :
1. Permukaan yang baru dicuci dengan air atau kena air hujan harus dibiarkan kering sempurna.
2. Interval antar lapisan diusahakan cukup lama untuk memberi kesempatan pada lapisan sebelumnya kering sebelum diberi lapisan berikutnya. Setiap lapisan cat diusahakan setipis mungkin agar pengeringan lebih sempurna.
3. Hindarkan pengecatan waktu cuaca buruk (hujan, mendung atau lembab) atau pada permukaan yang langsung terkena sinar matahari.
Perbaikan :
1. Jika terlalu banyak gelembung yang terbentuk, maka lapisan cat harus dikerok seluruhnya.
2. Bersihkan permukaan, kemudian berilah lapisan cat dasar bilamana diperlukan sebelum dilapisi cat akhir.
3. Bila gelembung yang terjadi sedikit, maka perbaikan hanya pada bagian yang menggelembung saja.
Retak Pada Dinding
Kondisi retak pada dinding ada dua macam yakni retak struktur dan retak rambut :
1. Retak struktur :
• Retakan lebar
• Ukuran retakan > 1mm
• Terjadi akibat pergerakan tanah dibawah pondasi.
• Bila retakan > 2 mm, harus dilakukan perbaikan dengan merenovasi konstruksi fisik bangunan
2. Retak rambut
• Retakan bercabang-cabang
• Ukuran retakan < 1mm
• Terjadi akibat:
• Pekerjaan acian yang tidak sempurna misalnya aplikasi saat dinding dalam kondisi panas sehingga ikatan acian belum sempat menyatu dengan plesteran sudah kering terlebih dahulu• Cat yang digunakan tidak memiliki elastisitas yang baik.
• Acian semen yang tipis dan belum kering kemudian dilapisi lagi dengan acian
• Pencegahannya lakukan penyiraman air sampai jenuh terlebih dahulu pada bidang-bidang yang akan di aci agar kondisi dinding lembab
Retak Akibat Susut pada dinding
Retak ini disebabkan oleh :
1. Beton, plesteran dan acian yang dibuat terlalu banyak air sehingga pada saat pengeringan akan terjadi proses penyusutan.
2. Dalam jangka waktu lama batu bata mengalami pemuaian
3. Retak akibat muai susut seperti ini sering terjadi pada sambungansambungan yang lemah seperti sudutsudut pada jendela.
Retak Akibat Pergerakan Pondasi
Pergerakan struktur akan terjadi apabila :
1. Pondasi bangunan tidak stabil, seperti satu bagian menurun akibat dari bagian lain yang kondisinya tidak baik.
2. Karena pergerakan struktur ditandai dengan retak secara diagonal.
Retak Akibat Pergerakan struktur
Retak ini disebabkan oleh :
1. Bangunan tersebut menerima beban terlalu berat.
2. Batas toleransi berubahnya balok struktur adalah maksimum L/360 bentang yang banyak terjadi pada struktur.
3. Retak akibat balok struktur yang melengkung ditandai oleh retak horizontal sepanjang pasangan bata diantara bentang balok.
4. Pergerakan dinding dapat juga terjadi oleh akar pohon yang mengangkat pondasi bangunan tersebut atau terjadi penurunan pada tanah yang bersebelahan dengan bangunan tersebut.
Retak Plester /retak buaya
Retak ini disebabkan antara lain oleh :
1. Pasir dengan kadar lumpur dan organik yang tinggi.
2. Terlalu banyak/sedikit semen
3. Terlalu banyak/sedikit air
4. Persiapan substrate yang buruk
5. Dinding terlalu kering
6. Aplikasi pada cuaca panas yang sangat terik dan tiupan angin kencang.
Retak Pada Sambungan
Retak ini disebabkan oleh :
Plesteran menutupi dua bidang yang berbeda, seperti misalnya pasangan bata dan permukaan beton.
Pencegahan :
1. Diantara kedua permukaan yang berbeda tersebut harus dibuat dilatasi.
2. Pada tempat yang dibuat dilatasi tersebut diisikan besi strip, fiber glass atau rubber sealent untuk memperkuat plester.
3. Daya rekat spesi pasangan bata pada sudut-sudut pertemuan dinding harus kuat karena pada tempat-tempat seperti ini rawan terjadi retak.
Retak Pada Konduit
Retak ini disebabkan oleh :
Chapping untuk menanam kabel (conduit).
Pencegahan :
1. Sebaiknya conduit dibuat paling tidak satu hari sebelum dinding diplester dan chapping dilakukan pada permukaan bata.
2. Pastikan pekerjaan conduit telah selesai sebelum memulai pleteran dinding pada kedua sisinya.
Retak Akibat plester terlalu tebal
Retak ini disebabkan oleh :
Perbedaan ketebalan plesteran akan menyebabkan penyusutan dan pengeringan yang berbeda dan akibatnya akan terjadi retak pada plesteran yang paling tipis terutama pada sudut.
Pencegahan :
Plesteran dibuat dengan ketebalan yang sama pada semua bagian.
Minggu, 08 Mei 2011
KEGAGALAN PENGECATAN
Cat yang bermutu tinggi mengadung bahan-bahan baku pilihan dan berasal dari produsen-produsen yang terkenal diseluruh dunia. Selain itu produk-produknya sebelum dipasarkan telah mengalami penelitian dan pengujian dengan seksama. Dengan demikian jarang sekali terjadi kesalahan yang diakibatkan oleh catnya sendiri.
Apabila cara pengecatan serta persyaratan permukaan yang akan dicat sesuai dengan petunjuk-petunjuk yang diberikan, maka kesulitan-kesulitan serta kegagalan dalam pengecatan tidak akan terjadi.
A. BLISTERING (menggelembung)
Sebab-sebabnya :
Cat bermutu tinggi mempunyai lapisan cat yang rapat dan plastis, sehingga air atau solvent yang tertahan dibawahnya dapat mengakibatkan menggelembungnya lapisan cat tersebut. Pengecatan pada permukaan yang basah akan mengakibatkan berkurangnya daya lekat lapisan cat, sehingga kemungkinan terjadi gelembung-gelembung akan lebih besar. Solvent dapat bertahan dibawah lapisan cat bila pengecatan dilakukan sekaligus tebal dan mengering lebih cepat, sedangkan lapisan bawahnya masih mengandung banyak solvent yang akan menguap. Uap solvent tersebut akan terjebak dibawah lapisan yang telah kering dan mendesak lapisan tersebut sehingga terjadi gelembung.
Pencegahan :
1. Permukaan yang baru dicuci dengan air atau kena air hujan biarkan kering sempurna.
2. Selang waktu antara setiap lapisan cat cukup lama atau minimal sesuai dengan data teknis. Setiap lapisan cat diusahakan setipis mungkin agar pengeringan lebih sempurna.
3. Hindarkan pengecatan waktu cuaca buruk (hujan, mendung atau lembab) atau pada permukaan yang lama terkena sinar matahari.
Perbaikan : Bila banyak gelembung-gelembung yang terjadi, maka lapisan cat dikerok seluruhnya. Bersihkan permukaan, kemudian berilah lapisan cat dasar bilamana diperlukan sebelum dilapisi cat akhir. Kalau gelembung-gelembung yang terjadi hanya sedikit, maka perbaikan hanya pada bagian yang menggelembung saja.
B. FLAKING (Mengelupas)
Sebab-sebab :
1. jenis cat yang digunakan bersifat makin lama makin keras, sehingga tidak dapat mengikuti pergerakan permukaan yang dicat seperti kayu.
2. Pengecatan dilakukan diatas lapisan cat yang sudah mengapur, sehingga daya lekat cat berkurang.
3. Pengecatan pada permukaan kotor dan berminyak.
4. Menggunakan dempul berkualitas rendah, sehingga daya lekatnya tidak ada dan akibatnya bila diberi lapisan cat akhir yang bermutu tinggi, maka lapisan dempul akan terangkat.
5. Pengecatan pada lapisan cat lama yang bermutu rendah dimana daya lekatnya berkurang sekali sehingga bila diberi lapisan cat akhir yang bermutu tinggi, maka lapisan lama tertarik dan terkelupan.
6. Cat dasar yang digunakan tidak cocok dengan sistem pengecatan lapisan alkhir .
Pencegahan :
1. Permukaan yang akan dicat harus bersih dan kering.
2.Kerok lapisan cat lama yang sudah rusak atau bermutu rendah.
3. Hindarkan pemakaian dempul pada seluruh permukaan, terutama untuk exterior.
4. Gunakan cat dasar yang dianjurkan untuk sistem pengecatan yang digunakan.
C. DISCOLORATION (Perubahan Warna)
Sebab-sebab :
Bahan perekat dari lapisan cat dapat dirusak oleh garam-garam atau bahan-bahan kimia lain yang berasal dari dalam permukaan yang dicat atau dari udara. Demikian pula pigmen (pewarna) dapat diserang oleh bahan-bahan kimia atau sinar matahari.
Pencegahan :
Memilih jenis cat dan warna harus disesuaikan dengan kondisi yang dibutuhkan.
Perbaikan :
Bila penyebab cat dan warna telah diketahui, maka dapat dilakukan pengecatan ulang dengan jenis cat yang sesuai.
D. EFFLORESCENE (Pengkristalan)
Sebab-sebab :
Efflorescence terjadi pada permukaan dari plesteran semen, dimana garam-garam bersifat alkali terbawa ke permukaan. Bila kristal-kristal garam tersebut berada dibawah lapisan cat dan dibantu kelembaban tembok akan merusak lapisan cat tersebut.
Pencegahan :
Pengecatan dilakukan setelah tembok dari plesteran atau beton telah kering sempurna, dimana kadar alkali dan air telah memenuhi syarat yang ditentukan. Gunakan lapisan cat dasar yang tahan alkali dan tidak dianjurkan menggunakan dempul tembok. Permukaan yang mengandung kristal-kristal garam harus dibersihkan terlebih dahulu dengan kain basah dan kering sampai tidak keluar lagi.
Perbaikan :
Kalau pengkristalan belum merusak lapisan cat, maka bersihkan garam-garam tersebut dengan kain basah dan kering. Amplas permukaan cat agar lebih porous, sehingga air dan garam-garam mudah keluar. Setelah pengkristalan tidak terjadi lagi, lakukan pengecatan ulang. Bila lapisan catnya telah dirusak oleh alkali, maka harus dikerok habis sampai kedasar permukaan. Bersihkan permukaan sampai efflorescene tidak terjadi lagi. lakukan pengecatan dari awal lagi.
E, WATER SPOT (Bercak-bercak seperti basah)
Sebab-sebab :
Penyebabnya hampir sama dengan BLISTERING (Menggelembung), tetapi lapisan catnya telah melekat dengan baik, sehingga air atau solvent yang berada dibawah lapisan catnya memberi kesan basah pada permukaan cat. Hal lain dapat disebabkan dengan digunakannya dempul yang mengandung bahan pelunak (plasticier) dimana lapisannya tidak ditunggu kering sempurna, sehingga bahan pelunak yang tertinggal akan migrasi (naik keatas) dan tertahan dibawah lapisan cat dan menyebabkan lapisan cat seakan akan basah.
Pencegahan :
1. Sama seperti Blistering.
2. Tidak dianjurkan menggunakan dempul untuk meratakan permukaan tembok.
Perbaikan :
Amplas permukaan lapisan cat agar porous, sehingga air, solvent atau bahan pelunak dapat dengan mudah menguap keluar.
Bila jamur telah tumbuh pada bagian-bagian yang basah tersebut, cuci dengan larutan kaporit, kemudian dilap dengan kain basah untuk menghilangkan sisa-sisa kaporit. Bila diperlukan beri 1 lapisanwall sealler yang sesuai sebelum diberi lapisan cat akhir.
F. BITTINESS (berbintik)
Sebab-sebabnya :
1. Debu atau kotoran dari udara, kuas atau roll yang kurang bersih, atau alat penyemprot yang melekat pada permukaan cat.
2. Teknik pengecatan dengan alat penyemprot tidak benar, sehingga debu cat yang kering menempel pada lapisan cat yang masih basah.
3. Waktu mengaduk cat di dalam kaleng, lapisan kering pada permukaan tercampur.
Pencegahan :
1. Bersihkan alat-alat pengecatan dengan baik sebelum dan sesudah dipakai.
2. Aduklah cat dengan hati-hati dan kalau perlu disaring dulu setelah dilakukan pengenceran.
Perbaikan :
H. SAPONIFICATION ( Penyabunan)
Sebab-sebabnya :
Serangan alkali pada lapisan cat yang bahan perekatnya mengandung minyak seperti alkyd gloss enamel.
Alkali dan minyak akan bereaksi secara kimiawi yang disebut penyabunan dimana memberikan hasil akhir seperti sabun dan penyebabkan lapisan cat menjadi lunak dan terbentuk gumpalan yang lengket.
Pencegahan :
Permukaan yang akan dicat harus bebas dari alkali. Tidak dianjurkan tembok dari plesteran semen atau beton yang baru, dicat dengan cat dasar alkyd , tetapi sebaiknya dengan cat acrylic dasar air atau jenis lain yang tidak mengandung minyak.
Perbaikan :
Keroklah seluruh lapisan cat dan kemudian permukaan harus dibersihkan sesempurna mungkin. Gunakan cat lain seperti cat acrylic dasar air.
I. SAGGING (Lapisan cat menurun pada beberapa tempat)
Sebab-sebabnya :
Umumnya disebabkan pengecatan yang tidak merata.
Pencegahannya :
Lakukan pengecatan dengan ketebalan yang merata dan selang waktu antara setiap lapis cukup lama. Sebaiknya pengecatan tidak dilakukan secara langsung tebal, usahakan setiap lapis tipis-tipis saja.
Perbaikan :
Biarkan lapisan cat mengering sempurna. Ratakan bagian-bagian yang menurun dengan kertas amplas, kemudian lakukan pengecatan ulang.
J, BRUSHMARK (Garis-garis bekas kuas)
Sebab-sebabnya :
1. Cat tidak mengalir rata setelah dilapiskan, karena teknik pengecatan yang tidak benar seperti pelapisan cat yang tidak teliti, pengenceran yang kurang dan kuas dijalankan terus pada saat lapisan cat sudah mulai mengering.
2. Menggunakan kuas yang kotor atau bulu-bulunya telah menggumpal.
Pencegahannya :
1. Lakukan pengenceran yang benar dan gunakan pengencer yang sesuai.
2. Lapiskan cat dengan cepat tetapi merata. Jangan melapis ulang pada lapisan cat yang mulai mengering.
3. Pakai kuas yang bermutu bail dan bersih.
Perbaikan :
Setelah cat kering sempurna, gosoklah dengan amplas dan kemudian ulangi pengecatan.
Apabila cara pengecatan serta persyaratan permukaan yang akan dicat sesuai dengan petunjuk-petunjuk yang diberikan, maka kesulitan-kesulitan serta kegagalan dalam pengecatan tidak akan terjadi.
A. BLISTERING (menggelembung)
Sebab-sebabnya :
Cat bermutu tinggi mempunyai lapisan cat yang rapat dan plastis, sehingga air atau solvent yang tertahan dibawahnya dapat mengakibatkan menggelembungnya lapisan cat tersebut. Pengecatan pada permukaan yang basah akan mengakibatkan berkurangnya daya lekat lapisan cat, sehingga kemungkinan terjadi gelembung-gelembung akan lebih besar. Solvent dapat bertahan dibawah lapisan cat bila pengecatan dilakukan sekaligus tebal dan mengering lebih cepat, sedangkan lapisan bawahnya masih mengandung banyak solvent yang akan menguap. Uap solvent tersebut akan terjebak dibawah lapisan yang telah kering dan mendesak lapisan tersebut sehingga terjadi gelembung.
Pencegahan :
1. Permukaan yang baru dicuci dengan air atau kena air hujan biarkan kering sempurna.
2. Selang waktu antara setiap lapisan cat cukup lama atau minimal sesuai dengan data teknis. Setiap lapisan cat diusahakan setipis mungkin agar pengeringan lebih sempurna.
3. Hindarkan pengecatan waktu cuaca buruk (hujan, mendung atau lembab) atau pada permukaan yang lama terkena sinar matahari.
Perbaikan : Bila banyak gelembung-gelembung yang terjadi, maka lapisan cat dikerok seluruhnya. Bersihkan permukaan, kemudian berilah lapisan cat dasar bilamana diperlukan sebelum dilapisi cat akhir. Kalau gelembung-gelembung yang terjadi hanya sedikit, maka perbaikan hanya pada bagian yang menggelembung saja.
B. FLAKING (Mengelupas)
Sebab-sebab :
1. jenis cat yang digunakan bersifat makin lama makin keras, sehingga tidak dapat mengikuti pergerakan permukaan yang dicat seperti kayu.
2. Pengecatan dilakukan diatas lapisan cat yang sudah mengapur, sehingga daya lekat cat berkurang.
3. Pengecatan pada permukaan kotor dan berminyak.
4. Menggunakan dempul berkualitas rendah, sehingga daya lekatnya tidak ada dan akibatnya bila diberi lapisan cat akhir yang bermutu tinggi, maka lapisan dempul akan terangkat.
5. Pengecatan pada lapisan cat lama yang bermutu rendah dimana daya lekatnya berkurang sekali sehingga bila diberi lapisan cat akhir yang bermutu tinggi, maka lapisan lama tertarik dan terkelupan.
6. Cat dasar yang digunakan tidak cocok dengan sistem pengecatan lapisan alkhir .
Pencegahan :
1. Permukaan yang akan dicat harus bersih dan kering.
2.Kerok lapisan cat lama yang sudah rusak atau bermutu rendah.
3. Hindarkan pemakaian dempul pada seluruh permukaan, terutama untuk exterior.
4. Gunakan cat dasar yang dianjurkan untuk sistem pengecatan yang digunakan.
C. DISCOLORATION (Perubahan Warna)
Sebab-sebab :
Bahan perekat dari lapisan cat dapat dirusak oleh garam-garam atau bahan-bahan kimia lain yang berasal dari dalam permukaan yang dicat atau dari udara. Demikian pula pigmen (pewarna) dapat diserang oleh bahan-bahan kimia atau sinar matahari.
Pencegahan :
Memilih jenis cat dan warna harus disesuaikan dengan kondisi yang dibutuhkan.
Perbaikan :
Bila penyebab cat dan warna telah diketahui, maka dapat dilakukan pengecatan ulang dengan jenis cat yang sesuai.
D. EFFLORESCENE (Pengkristalan)
Sebab-sebab :
Efflorescence terjadi pada permukaan dari plesteran semen, dimana garam-garam bersifat alkali terbawa ke permukaan. Bila kristal-kristal garam tersebut berada dibawah lapisan cat dan dibantu kelembaban tembok akan merusak lapisan cat tersebut.
Pencegahan :
Pengecatan dilakukan setelah tembok dari plesteran atau beton telah kering sempurna, dimana kadar alkali dan air telah memenuhi syarat yang ditentukan. Gunakan lapisan cat dasar yang tahan alkali dan tidak dianjurkan menggunakan dempul tembok. Permukaan yang mengandung kristal-kristal garam harus dibersihkan terlebih dahulu dengan kain basah dan kering sampai tidak keluar lagi.
Perbaikan :
Kalau pengkristalan belum merusak lapisan cat, maka bersihkan garam-garam tersebut dengan kain basah dan kering. Amplas permukaan cat agar lebih porous, sehingga air dan garam-garam mudah keluar. Setelah pengkristalan tidak terjadi lagi, lakukan pengecatan ulang. Bila lapisan catnya telah dirusak oleh alkali, maka harus dikerok habis sampai kedasar permukaan. Bersihkan permukaan sampai efflorescene tidak terjadi lagi. lakukan pengecatan dari awal lagi.
E, WATER SPOT (Bercak-bercak seperti basah)
Sebab-sebab :
Penyebabnya hampir sama dengan BLISTERING (Menggelembung), tetapi lapisan catnya telah melekat dengan baik, sehingga air atau solvent yang berada dibawah lapisan catnya memberi kesan basah pada permukaan cat. Hal lain dapat disebabkan dengan digunakannya dempul yang mengandung bahan pelunak (plasticier) dimana lapisannya tidak ditunggu kering sempurna, sehingga bahan pelunak yang tertinggal akan migrasi (naik keatas) dan tertahan dibawah lapisan cat dan menyebabkan lapisan cat seakan akan basah.
Pencegahan :
1. Sama seperti Blistering.
2. Tidak dianjurkan menggunakan dempul untuk meratakan permukaan tembok.
Perbaikan :
Amplas permukaan lapisan cat agar porous, sehingga air, solvent atau bahan pelunak dapat dengan mudah menguap keluar.
Bila jamur telah tumbuh pada bagian-bagian yang basah tersebut, cuci dengan larutan kaporit, kemudian dilap dengan kain basah untuk menghilangkan sisa-sisa kaporit. Bila diperlukan beri 1 lapisanwall sealler yang sesuai sebelum diberi lapisan cat akhir.
F. BITTINESS (berbintik)
Sebab-sebabnya :
1. Debu atau kotoran dari udara, kuas atau roll yang kurang bersih, atau alat penyemprot yang melekat pada permukaan cat.
2. Teknik pengecatan dengan alat penyemprot tidak benar, sehingga debu cat yang kering menempel pada lapisan cat yang masih basah.
3. Waktu mengaduk cat di dalam kaleng, lapisan kering pada permukaan tercampur.
Pencegahan :
1. Bersihkan alat-alat pengecatan dengan baik sebelum dan sesudah dipakai.
2. Aduklah cat dengan hati-hati dan kalau perlu disaring dulu setelah dilakukan pengenceran.
Perbaikan :
1. Biarkan lapisan cat mengering dan mengeras sempurna. Gosok permukaan yang berbintik dengan kertas amplas halus. Setelah dibersihkan debu-debunya, ulangi pengecatan.
G. DRING TROUBLES (Sukar mengering)
sebab-sebab :
1. pengecatan dilakukan dalam cuaca yang kurang baik seperti suhu rendah ,berkabut dan lembab.
2. Pengecatan diatas permukaan mengandung lilin seperti bahan untuk poles, minyak atau debu
3. Pengecatan alkyd gloss enamel pada permukaan kayu yang pernah diberi lapisan POLITUR dari bahan Shellac.
4. Pengencer yang digunakan tidak sesuai.
Pencegahan :
1. Lakukan pengecatan waktu ada sinar matahari atau cuaca kering.
2. Permukaan yang akan dicat harus bersih.
3. Gunakan pengecer yang sesuai.
4. Kayu yang telah diberi POLITUR dari bahan Shellac harus dibersihkan dari lapisan cat tersebut.
Perbaikan :
Lapisan cat harus dikerok sampai bersih, kemudian ulangi pengecatan dari awal.
G. DRING TROUBLES (Sukar mengering)
sebab-sebab :
1. pengecatan dilakukan dalam cuaca yang kurang baik seperti suhu rendah ,berkabut dan lembab.
2. Pengecatan diatas permukaan mengandung lilin seperti bahan untuk poles, minyak atau debu
3. Pengecatan alkyd gloss enamel pada permukaan kayu yang pernah diberi lapisan POLITUR dari bahan Shellac.
4. Pengencer yang digunakan tidak sesuai.
Pencegahan :
1. Lakukan pengecatan waktu ada sinar matahari atau cuaca kering.
2. Permukaan yang akan dicat harus bersih.
3. Gunakan pengecer yang sesuai.
4. Kayu yang telah diberi POLITUR dari bahan Shellac harus dibersihkan dari lapisan cat tersebut.
Perbaikan :
Lapisan cat harus dikerok sampai bersih, kemudian ulangi pengecatan dari awal.
H. SAPONIFICATION ( Penyabunan)
Sebab-sebabnya :
Serangan alkali pada lapisan cat yang bahan perekatnya mengandung minyak seperti alkyd gloss enamel.
Alkali dan minyak akan bereaksi secara kimiawi yang disebut penyabunan dimana memberikan hasil akhir seperti sabun dan penyebabkan lapisan cat menjadi lunak dan terbentuk gumpalan yang lengket.
Pencegahan :
Permukaan yang akan dicat harus bebas dari alkali. Tidak dianjurkan tembok dari plesteran semen atau beton yang baru, dicat dengan cat dasar alkyd , tetapi sebaiknya dengan cat acrylic dasar air atau jenis lain yang tidak mengandung minyak.
Perbaikan :
Keroklah seluruh lapisan cat dan kemudian permukaan harus dibersihkan sesempurna mungkin. Gunakan cat lain seperti cat acrylic dasar air.
I. SAGGING (Lapisan cat menurun pada beberapa tempat)
Sebab-sebabnya :
Umumnya disebabkan pengecatan yang tidak merata.
Pencegahannya :
Lakukan pengecatan dengan ketebalan yang merata dan selang waktu antara setiap lapis cukup lama. Sebaiknya pengecatan tidak dilakukan secara langsung tebal, usahakan setiap lapis tipis-tipis saja.
Perbaikan :
Biarkan lapisan cat mengering sempurna. Ratakan bagian-bagian yang menurun dengan kertas amplas, kemudian lakukan pengecatan ulang.
J, BRUSHMARK (Garis-garis bekas kuas)
Sebab-sebabnya :
1. Cat tidak mengalir rata setelah dilapiskan, karena teknik pengecatan yang tidak benar seperti pelapisan cat yang tidak teliti, pengenceran yang kurang dan kuas dijalankan terus pada saat lapisan cat sudah mulai mengering.
2. Menggunakan kuas yang kotor atau bulu-bulunya telah menggumpal.
Pencegahannya :
1. Lakukan pengenceran yang benar dan gunakan pengencer yang sesuai.
2. Lapiskan cat dengan cepat tetapi merata. Jangan melapis ulang pada lapisan cat yang mulai mengering.
3. Pakai kuas yang bermutu bail dan bersih.
Perbaikan :
Setelah cat kering sempurna, gosoklah dengan amplas dan kemudian ulangi pengecatan.
Label:
bahan Bangunan,
cat,
dinding,
proses konstruksi,
Tips,
tips cat
Senin, 02 Mei 2011
Tips Pengecatan
Finishing cat pada sebuah hunian jamak digunakan hampir pada setiap type, model, aliran bentuk rumah. Tak Peduli apakah itu Tradisional atau modern, minimalis, mediterania, classic atau apapun.
Namun masih banyak pelaku bangunan yang tidak mengenal material cat secara benar. Hal ini terlihat dari banyaknya tampilan cat (khususnya exterior) yang jauh dari sempurna. Ada yang terlihat bercak2, ada yang terlihat luntur, banyak yang warnanya pudar dan lain sebagainya.
Bicara cat tidaklah lepas dari media yang akan dicat. Ada dinding tembok, kayu, besi dll tentu semua beda perlakuan dan beda jenis catnya.
Dalam kesempatan ini coba kita batasi pembicaraan pada pengecatan exterior dinding tembok (plester). Pada dasarnya cat akan bagus diaplikasikan pada dinding yang ber pH netral dengan kadar air 17% maximal. nah, pada proses pembangunan sebuah rumah coba kita perhatikan kapan cat diaplikasikan pada sebuah dinding. Mungkin karena buru2 mau cepat selesai cat diaplikasikan pada dinding yang dianggap sudah kering. kenapa saya mengatakan dianggap? karena jarang ada yang benar benar mengecek tingkat kelembaban dinding tersebut. Tingkat kelembaban dinding mestinya harus diukur dengan alat yang namanya Protimeter. Dengan alat ini kelembaban dinding akan dapat dilihat dengan pasti. Sehingga tuingkat kelembaban pada saat pengecatan menjadi lebih terkontrol.
Selain tingkat kelembaban kita mesti ingat bahwa material dinding adalah material yang dibentuk dari proses kimiawi. Kimiawi? ya kimiawi. Semen merupakan bahan kimia. Karena prosesnya kimiawi maka akan ada perubahan sifat dan jenis material. ini yang harus kita cermati. Apabila cat diaplikasikan pada benda yang masih mengalami proses kimiawi maka proses tersebut juga akan berpengaruh pada materi cat yang diaplikasikan itu. Jadi kapan proses kimiawi dinding akan selesai? kurang lebih 28 hari..... lama ya? emang sabar menanti dinding 28 hari baru dicat? apa mau dikata , itu proses yang benar jika menginginkan hasil yang baik.
Secara detail Tips Pengecatan Permukaan Tembok dapat dipaparkan sebagai berikut :
A. Persiapan
Hasil pengecatan sangat tergantung dari persiapan permukaan yang akan dicat. Persiapan yang benar akan membuat pekerjaan pengecatan lebih cepat dan mudah, memberikan hasil akhir yang terbaik dan lapisan catnya lebih tahan lama.
1. Permukaan Tembok baru.
- Reaksi pengerasan (curing) semen pada plesteran/ beton harus sudah sempurna, minimal harus ditunggu 28 hari.
- Periksa kelembaban tembok.
Gunakan alat protimeter, yaitu alat pengukur kadar air. Kadar air harus sudah dibawah 18%.
- Periksa Kadar alkali tembok.
Gunakan kertas lakmus untuk mengukur pH (derajat keasaman alkali). Kadar alkali harus menunjukkan pH +/- 8. Kalau lebih dari pH *, berarti semen belum sempurna dan tembok belum layak dicat. Kalau kadar air sudah rendah, tapi kadar alkali masih tinggi, berati masih ada semen bebas yang belum bereaksi karena kekurangan air. Basahkan permukaan tembok dengan air bersih.
- Bila semua persyaratan diatas sudah terpenuhi bersihkan permukaan dari bekas percikan semen, efflorescene (pengkristalan garam), pengapuran, debu, kotoran, minyak dll.
- Gosok permukaan tembok dengan kertas amplas kasar atau sikat sambil permukaan tembok dibasahi dengan air bersih. Kemudian keringkan dengan lap bersih.
- Cuci permukaan tembok dengan larutan asam chlorida (HCL) 10 - 15% untuk menetralkan alkali yang masih ada dan juga mengetching permukaan tembok agak lebih kasar sehingga daya lekatnya lebih baik.
- Bila permukaan tembok tembok berlumut atau berjamur, cuci dengan larutan kaporit 10 - 15%
2. Permukaan yang pernah dicat.
- Bila daya lekat cat lama masih baik, cuci permukaan dengan air bersih sambil di gosok dengan kertas amplas / sikat. Bila perlu cuci dengan larutan detergent, kemudian dibilas dengan air bersih.
- Bila terjadi pengapuran , amplas atau bersihkan debu-debu pengapuran dengan lap yang dibasahi air sampai kelapisan cat yang tidak mengapur.
- Bila lapisan cat lama sudah tebal atau terkelupas, kerok seluruhnya sampai ke dasar tembok.
- Bila lapisan cat lama berasal dari cat kualitas rendah dimana mudah larut dengan air, sebaiknya dikerok seluruhnya sampai kedasar tembok.
B. Pembersihan Cat Dasar
1. Cat Dasar untuk tembok dibagi dua :
- Cat dasar berupa varnish dasar air yaitu cat tanpa pigmen dengan dasar emulsi acrylic 100%. Cat dasar ini bisanya disebut Wall Sealler Water Base. Mowilex memproduksi 2 jenis yaitu Wall Sealler yang standart dan Water Proofing Wall Sealer untuk permukaan tembok yang ada masalah kelembaban.
Wall Sealler sangat baik untuk tembok baru yang banyak retak rambut untuk mengisi celah-celahnya dan untuk menguatkan lapisan cat lama yang mulai mengapur.
- Cat dasar yang berupa cat tembok warna putih dengan dasar emulsi acrylic 100% dan mempunyai daya tahan alkali yang tinggi, daya lekatserta daya isi yang baik serta bahan anti jamur cukup tinggi. Cat dasar ini disebut Alkali Resisting Primer atau Undercoat Tembok.
2. Cara Pemakaian.
- Encerkan cat sesuai dengan petunjuk pabrik, jangan berlebihan, karena dapat menghilangkan fungsi cat dasar.
- Beri 1 atau 2 lapis cat dasar.
- Khususnya untuk Water Proofing Sealer antara setiap lapis harus dibiarkan selama 1 hari.
C. Pemberian Cat Akhir
Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk pengecatan akhir :
- Persiapan permukaan harus telah sempurna.
- bagian-bagian tembok yang tidak akan dicat, alat-alat rumah tangga seperti kursi, meja, lantai sudah ditutup plastik atau kertas koran.
- Siapkan alat-alat pengecatan yang dibutuhkan, seperti kuas, roller, ember, pengaduk, tangga, dll.
- Tukang cat yang berpengalaman.
- Periksa kaleng cat, apakah sesuai dengan ketentuan pabrik. catat nomor batch (lot) nya.
- Aduk cat sampai rata dan pengenceran sesuai dengan ketentuan pabrik.
- Selang waktu antara setiap lapis harus cukup lama.
Secara teoritis adalah 2-4 jam, tetapi sebaiknya minimal 8 jam atau semalam.
- Ventilasi ruangan harus sebaik mungkin dan kalau dapat pengecatan dilakukan waktu cuaca terang dan kering.
- Pengecatan cat jangan langsung didalam kalengnya, kecuali kalau dapat habis pada saat itu juga. Tutup rapat-rapat kaleng yang masih ada sisa catnya untuk menghindari pembusukan.
Tambahan Tips
- Usahakan jangan terlalu banyak cat yang menempel di roll.
- Gulung roll yang baru dicelup cat beberapa kali pada papan triplek yang diletakkan diatas ember cat.
- Roll tipis-tipis pada permukaan tembok, usahakan dilakukan penggilingan ( meroll secara berulang-ulang) dan membuat tarikan roll selebar mungkin.
- lapisan cat yang tipis namun banyak lapisan lebih baik daripada lapisan yang tebal dengan sedikit lapisan.
Sekian
1. Permukaan Tembok baru.
- Reaksi pengerasan (curing) semen pada plesteran/ beton harus sudah sempurna, minimal harus ditunggu 28 hari.
- Periksa kelembaban tembok.
Gunakan alat protimeter, yaitu alat pengukur kadar air. Kadar air harus sudah dibawah 18%.
- Periksa Kadar alkali tembok.
Gunakan kertas lakmus untuk mengukur pH (derajat keasaman alkali). Kadar alkali harus menunjukkan pH +/- 8. Kalau lebih dari pH *, berarti semen belum sempurna dan tembok belum layak dicat. Kalau kadar air sudah rendah, tapi kadar alkali masih tinggi, berati masih ada semen bebas yang belum bereaksi karena kekurangan air. Basahkan permukaan tembok dengan air bersih.
- Bila semua persyaratan diatas sudah terpenuhi bersihkan permukaan dari bekas percikan semen, efflorescene (pengkristalan garam), pengapuran, debu, kotoran, minyak dll.
- Gosok permukaan tembok dengan kertas amplas kasar atau sikat sambil permukaan tembok dibasahi dengan air bersih. Kemudian keringkan dengan lap bersih.
- Cuci permukaan tembok dengan larutan asam chlorida (HCL) 10 - 15% untuk menetralkan alkali yang masih ada dan juga mengetching permukaan tembok agak lebih kasar sehingga daya lekatnya lebih baik.
- Bila permukaan tembok tembok berlumut atau berjamur, cuci dengan larutan kaporit 10 - 15%
2. Permukaan yang pernah dicat.
- Bila daya lekat cat lama masih baik, cuci permukaan dengan air bersih sambil di gosok dengan kertas amplas / sikat. Bila perlu cuci dengan larutan detergent, kemudian dibilas dengan air bersih.
- Bila terjadi pengapuran , amplas atau bersihkan debu-debu pengapuran dengan lap yang dibasahi air sampai kelapisan cat yang tidak mengapur.
- Bila lapisan cat lama sudah tebal atau terkelupas, kerok seluruhnya sampai ke dasar tembok.
- Bila lapisan cat lama berasal dari cat kualitas rendah dimana mudah larut dengan air, sebaiknya dikerok seluruhnya sampai kedasar tembok.
B. Pembersihan Cat Dasar
1. Cat Dasar untuk tembok dibagi dua :
- Cat dasar berupa varnish dasar air yaitu cat tanpa pigmen dengan dasar emulsi acrylic 100%. Cat dasar ini bisanya disebut Wall Sealler Water Base. Mowilex memproduksi 2 jenis yaitu Wall Sealler yang standart dan Water Proofing Wall Sealer untuk permukaan tembok yang ada masalah kelembaban.
Wall Sealler sangat baik untuk tembok baru yang banyak retak rambut untuk mengisi celah-celahnya dan untuk menguatkan lapisan cat lama yang mulai mengapur.
- Cat dasar yang berupa cat tembok warna putih dengan dasar emulsi acrylic 100% dan mempunyai daya tahan alkali yang tinggi, daya lekatserta daya isi yang baik serta bahan anti jamur cukup tinggi. Cat dasar ini disebut Alkali Resisting Primer atau Undercoat Tembok.
2. Cara Pemakaian.
- Encerkan cat sesuai dengan petunjuk pabrik, jangan berlebihan, karena dapat menghilangkan fungsi cat dasar.
- Beri 1 atau 2 lapis cat dasar.
- Khususnya untuk Water Proofing Sealer antara setiap lapis harus dibiarkan selama 1 hari.
C. Pemberian Cat Akhir
Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk pengecatan akhir :
- Persiapan permukaan harus telah sempurna.
- bagian-bagian tembok yang tidak akan dicat, alat-alat rumah tangga seperti kursi, meja, lantai sudah ditutup plastik atau kertas koran.
- Siapkan alat-alat pengecatan yang dibutuhkan, seperti kuas, roller, ember, pengaduk, tangga, dll.
- Tukang cat yang berpengalaman.
- Periksa kaleng cat, apakah sesuai dengan ketentuan pabrik. catat nomor batch (lot) nya.
- Aduk cat sampai rata dan pengenceran sesuai dengan ketentuan pabrik.
- Selang waktu antara setiap lapis harus cukup lama.
Secara teoritis adalah 2-4 jam, tetapi sebaiknya minimal 8 jam atau semalam.
- Ventilasi ruangan harus sebaik mungkin dan kalau dapat pengecatan dilakukan waktu cuaca terang dan kering.
- Pengecatan cat jangan langsung didalam kalengnya, kecuali kalau dapat habis pada saat itu juga. Tutup rapat-rapat kaleng yang masih ada sisa catnya untuk menghindari pembusukan.
Tambahan Tips
- Usahakan jangan terlalu banyak cat yang menempel di roll.
- Gulung roll yang baru dicelup cat beberapa kali pada papan triplek yang diletakkan diatas ember cat.
- Roll tipis-tipis pada permukaan tembok, usahakan dilakukan penggilingan ( meroll secara berulang-ulang) dan membuat tarikan roll selebar mungkin.
- lapisan cat yang tipis namun banyak lapisan lebih baik daripada lapisan yang tebal dengan sedikit lapisan.
Sekian
Label:
Tips,
Tips pengecatan,
Tips Renovasi
Langganan:
Postingan (Atom)